sampai dimana kita habiskan tiap detak hujan yang jatuh
ketika tiap lembar puisi tak mampu menampungnya
serupa dengan rindu bersambung di barisan dadaku sendiri
aku tak peduli kelak rindu menjadi abu
aku tak peduli kelak rindu jadi hujan
dan jika aku harus menunggu
bersama gerimis yang aku tenteng
aku bersedia meski harus bercengkrama gigil.
(200313)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar